Thursday, February 19, 2009

Nabi Sulaiman Dan Semut


Sulaiman bin Daud adalah satu-satunya Nabi yang memperoleh keistimewaan dari Allah SWT sehingga ia mampu memahami bahasa binatang. Dia berbicara dengan burung Hud Hud dan juga semut. Dalam Al-Quran surah An Naml, ayat 18-26 adalah contoh dari sebahagian ayat yang menceritakan akan keistimewaan Nabi yang sangat kaya raya ini.

Menurut sejumlah riwayat, pernah suatu ketika Nabi Sulaiman as bertanya kepada seekor semut, “Wahai semut! Berapa banyak engkau perolehi rezeki dari Allah dalam waktu satu tahun?”. “Sebesar biji gandum,” jawabnya. Kemudian, Nabi Sulaiman memberi semut sebutir gandum lalu memeliharanya dalam sebuah botol. Setelah genap satu tahun, Beliau membuka botol untuk melihat nasib sang semut. Namun, didapatinya si semut hanya memakan sebahagian biji gandum itu. “Mengapa engkau hanya memakan sebahagian dan tidak menghabiskannya?” tanya Nabi Sulaiman. “Dahulu aku bertawakal dan pasrah diri kepada Allah,” jawab si semut. “Dengan tawakal kepada-Nya aku yakin bahawa Dia tidak akan melupakanku. Ketika aku berpasrah kepadamu, aku tidak yakin apakah engkau akan ingat kepadaku pada tahun berikutnya sehingga boleh memperoleh sebiji gandum lagi atau engkau akan lupa kepadaku. Kerana itu, aku harus tinggalkan sebahagian sebagai bekal tahun berikutnya.”

Nabi Sulaiman, walaupun ia sangat kaya raya, namun kekayaannya adalah nisbi dan terbatas. Yang Maha Kaya secara mutlak hanyalah Allah SWT semata-mata. Nabi Sulaiman, meskipun sangat baik dan pengasih, namun yang Maha Baik dan Maha Pengasih dari seluruh pengasih hanyalah Allah SWT semata. Dalam diri Nabi Sulaiman tersimpan sifat terbatas dan kenisbian yang tidak dapat dipisahkan; sementara dalam Zat Allah terdapat sifat mutlak dan absolut.

Bagaimanapun kayanya Nabi Sulaiman, dia tetap manusia biasa yang tidak bisa sepenuhnya dijadikan tempat bergantung. Bagaimana pun pengasihnya Nabi Sulaiman, dia adalah manusia biasa yang menyimpan kedaifan-kedaifannya tersendiri. Hal itu diketahui oleh sang semut. Karena itu, dia masih tidak percaya kepada janji Nabi Sulaiman kepadanya. Bukan karena khawatir Nabi Sulaiman akan ingkar janji, namun khawatir kalau-kalau Nabi Sulaiman tidak mampu memenuhinya lantaran sifat manusiawinya. Tawakal atau berpasrah diri bulat-bulat hanyalah kepada Allah SWT semata, bukan kepada manusia.

No comments:

Post a Comment